Rabu, 10 Maret 2010

MASIH MUTIARA

Seorang pujangga pernah berkata, "Mencintai dan dicintai sama seperti merasakan sinar matahari dari kedua sisi", dan seseorang pernah berujar kepadamu "Jika kau hidup seratus tahun, aku ingin hidup seratus tahun kurang sehari, agar aku tidak pernah merasakan hidup tanpamu" , kata-kata wajar yang menurutmu puitis waktu itu, berulang kali kau ceritakan kepadaku, membuatku marah ,jengkel,emosi, faaaaaaakk !!! , apa kau sengaja membuatku cemburu? atau kau hanya bermaksud mengusirku dari kehidupanmu dengan halus?.
Aku memandangi daun maple jatuh berguguran di atas danau Adeline, mengapung dan diombang-ambingkan angin. Mereka seperti perasaanku kepadamu , senantiasa berguguran sedikit demi sedikit tapi sialnya selalu tumbuh lagi dan lagi. Aku terbang jauh ke tempat yang sunyi ini hanya ingin melupakanmu, tapi semakin jauh aku darimu, semakin rindu aku dibuatmu. Seorang sahabatku pernah bilang, jika kau mencintai seseorang maka kejarlah dan terima segala resikonya atau tinggalkan dan terima akibatnya, dan dia selalu bilang hidup adalah pilihan, tidak ada istilah "pilih keduanya" atau "abstain", timbul pertanyaan di rongga-rongga rusukku, sudah sejauh manakah aku berani memilih diantara kedua pilihan itu. Aku selalu berpikir bahwa aku pasti memilih pilihan pertama tapi aku selalu ragu apakah itu benar-benar pilihanku. Kenapa aku selalu cemburu saat kau bersamanya, tapi aku tidak pernah berani mengungkapkan perasaanku kepadamu.
Sekumpulan bunga Fiolin bergoyang syahdu, mengisyaratkan matahari akan segera tenggelam di ufuk senja dan usia mereka akan berkurang sehari, sari Dandelion berterbangan , mengucapkan salam perpisahan pada induk mereka dan pergi entah kemana, pasrah mengikuti arahan angin musim semi.
Aku masih terpaku di kursi kayu yang sudah berusia puluhan bahkan ratusan tahun mungkin, menatap sekililing taman Von swhoon yang indah ini, Burung-burung Kolibri bersuka ria menghisapi sari pati bunga lavender hutan yang menyambutnya dengan senyuman, membawa suasana sejuk di hati siapapun yang memandangnya, seolah melihat sepasang kekasih yang sedang bercumbu. Sementara Sekumpulan Elang Raja hinggap di dahan-dahan pohon Oak yang tetap gagah di usianya yang renta . Gerombolan anak kecil berpipi merah merona berlari melewatiku dengan tawa yang riang, tawa lepas manusia yang belum merasakan peliknya permasalahan dunia. Seperti malaikat mereka menari-nari, sesekali terjatuh dan bangun lagi. Ya Tuhan kenapa manusia beranjak dewasa,tua dan mati ?, kenapa tak kau biarkan saja tetap seperti mereka, yang kan selalu bahagia dan tak pernah terbebani permasalahan dunia. Aku mendongak ke angkasa, warna langit dan awan yang sama seperti saat aku meninggalkanmu, hari itu aku memandang punggungmu untuk terakhir kalinya dan pergi meninggalkanmu begitu saja dengan air mata yang tak pernah ku sengaja, air mata yang selalu ku tahan bertahun-tahun akhirnya tumpah juga. Tak pernah lagi ku dengar kabarmu sampai hingga kini, rindu aku akan senyummu,suaramu, juga wangimu. Aku tertunduk dan menagis lagi, tangisan yang sama seperti waktu itu. Kenapa penyesalan selalu datang terakhir dan membekas begitu lama ?.
"Mr. Fariz......"
Aku terhenyak dari lamunanku, mengusap sejenak air mataku lalu menoleh ke arah suara yang sudah sangat familiar di telingaku, suster Berta, "ini suster Berta ,30 tahun,1 suami dan 2 anak.....haha" itu yang selalu dia ucapkan ketika aku bertanya siapa yang mengetuk pintu kamarku tiap pagi. Aku tersenyum ke arahnya , membayangkan seandainya itu kau bidadariku ,seseorang yang akan selalu mendampingiku seumur hidupku, orang yang selalu ada di saat pagi aku membuka mata. Orang yang........
"Mr. Fariz?!"
Suster Berta mempertegas suaranya.
" Oh yea.."
Aku bergegas mengulurkan tangan dan dia membopongku ke kursi roda , didorongya kursi rodaku dengan lembut , aku memandangi danau Adeline dengan seksama , merasa mungkin ini terakhir kali aku mengunjunginya, tak berani aku berjanji apakah aku akan bisa kembali ke tempat ini lagi esok hari. Aku memandang kursi kayu tua itu , kursi yang telah menemaniku di sisa usiaku, kursi yang menjadi saksi cintaku yang terpendam 50 tahun lamanya, seolah terbungkus kertas kado yang rapi dan tak akan terbuka sampai aku mati. Aku kembali menangis , mungkin tangisan terakhirku untukmu, tangisan rindu.
Aku akan selalu menunggumu di sisa nafasku bidadariku, meskipun aku tahu kau takkan pernah tau jika aku selalu menunggumu...................................................... end





"Biarkan Masa Depan Tetap Menjadi Misteri dan Nikmatilah Kejutan-Kejutannya" ^.^










NB : Bagi yang merasa ada kata-kata mutiaranya saya masukkan dalam karya saya mohon maaf ya, saya cuma menulis dari apa yang saya dengar dan rasakan..........................


Thanx to Mbah Google ^.^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar